Written by Dewi M. Sebayang
Posted in:
puisi,
Tuhan
Tuhan padamu aku tak ingin bermain kata
karena pada kenyataannya aku lebih sering lupa
Tuhan aku mencintaiMu dan kau tahu sebesar apa itu
tapi seperti manusia mencinta pada umumnya aku kerap menyelingkuhiMu
Tuhan maaf aku tak mampu membuat syair cinta untukMu
aku terlampau malu, sedang burukku semua Kau tahu
Tuhan aku mencintaiMu
tak perlu Kau ragu
hanya aku mesti lebih belajar lagi untuk menyetiaMu
De
Solo, 19 April 2014
Read more
Pagi-pagi
yang sama, pagi-pagi yang seperti lainnya, hanya saja menjadi beda ketika
pada suatu pagi saya terbangun dan tidak mendapati kacamata di sisi
saya, saya cari di tempat biasanya saya lepas tak juga ada, saya obrak
abrik seluruh tempat tidurpun tidak ditemukan, saya coba ingat kembali
dimana saya lepas kacamata sebelum tidur, tak ingat, kacamata saya hanya
saya lepas pada saat-saat tertentu dan di tempat-tempat
tertentu pula, yang saya khawatirkan cuma bagaimana jika dia terinjak,
atau terduduki, bisa juga tak sengaja terbanting, saya setengah panik,
ini tidak biasa, dia tak biasanya menghilang, tak bisa tidak saya harus
menemukannya, maka saya ambil kacamata saya yang satu lagi, dan saya
menemukannya di tempat yang sepele, di atas meja makan, mungkin tempat
yang umum tak terlalu tersembunyi, tapi bagi saya itu bukan tempat yang
biasa bagi kacamata saya, bukan tempat mudah untuk saya menemukannya,
ketika kacamata saya dilepas maka jalan satu-satunya untuk mendapatkannya
lagi adalah di tempat yang biasanya, di mana saya tidak perlu melihat dan
merabanya.
Read more