Jomblo, sebuah predikat yang selalu jadi sasaran dalam dunia pergosipan dan perlawakan. Jomblo bukanlah sebuah status yang mentereng dalam dunia pergaulan kekinian. Ah berapa merananya para jomblo seperti kami, sudah miskin cinta, fakir kasih sayang, kurang perhatian *halah lebay* masih jadi korban olok-olokan mulai dari keluarga, tetangga, teman, bahkan selalu jadi bahan buat para komika saat ngomik. Bayangkan bagaimana rasanya diserang secara tajam oleh orang yang tidak kita kenal dan disaksikan oleh orang se-Indonesia, kami para jomblo cuma bisa bertahan tanpa mencoba menangkis serangan, tapi para jomblo adalah makhluk kuat, patah hati berkali-kali aja masih sanggup bertahan, apalagi cuma sakit hati, gampanglah diatasi.
Tulisan ini bukanlah upaya pembelaan terhadap kaum jomblo yang selalu tertindas, sumpah bukan. Memangnya siapalah saya, punya kekuatan sebesar itu untuk membela kaum mayoritas yang diminoritaskan di Indonesia ini *mayoritas yang diminoritaskan ini apa pulak maksudnya???*
Tulisan ini adalah murni ungkapan isi hati saya yang terdalam, bagi mereka yang selalu saja mempertanyakan status kejombloan saya, menekan perasaan saya yang sangat sensitif ini dengan pertanyaan paling sulit yang tak pernah bisa kami para jomblo untuk menjawabnya, bahkan pun jika kami telah belajar sampai begadang berminggu-minggu, atau ikut bimbel ternama yang bayarannya berjuta-juta "kapan nikah?"
Tulisan ini lebih ditujukan buat para teman dan keluarga, karena merekalah yang setiap hari membuat hari penulis seperti game, di mana jika salah menjawab harus siap merasakan hukuman.
Penulis paling malas kalau harus menghadiri reuni, pesta nikahan kawan lama, acara kumpul-kumpul keluarga, juga ulang tahun. Kenapa? Ah apa juga mesti dijelaskan di sini alasannya? Tentu saja penulis malas harus selalu menjawab pertanyaan yang jawabannya juga tidak penulis tahu "kapan nikah" *heran, kenapa mereka selalu saja menanyakannya, emang kalo aku nikah mereka pada mau jadi sponsornya gitu?*
Buat prend-prendku tersayang, baca tulisan ini baik-baik ya *ya iyalah baca tulisan, masak mendengarkan tulisan*, sobat kalian tercinta ini, yang paling cantik dan paling baik hati, yang pasti sangat kalian sayangi, memutuskan menjadi jomblo bukan karena sengaja, tapi karena emang jodohnya belum keliatan, udah pake teropong juga belum keliatan. Harusnya kalian bangga punya sobat dan sodara kayak aku, seenggaknya aku masih mempertahankan prinsip, bahwa status itu nggak penting, tapi yang penting adalah siapa yang digandeng. Buat apa kita menjalin hubungan dengan orang yang nggak kita cinta cuma buat mengejar status in relationship. Sebuah hubungan harus didasari oleh rasa cinta, karena suka saja tidak cukup kuat. Bayangkan saja, temen kamu yang satu ini, seandainya saja gampangan *maksudnya gampang menerima rasa suka dari cowok lain gitu*, g bakalan jadi jomblo menahun, karena jika putus hubungan gampang aja cari yang baru. Aku itu nggak usah banyak ngomong, ato dandan pake ini itu, make kolor ama kaos oblong aja nggak sedikit yang jatuh cinta, apalagi kalo aku dandan make make up dan fashion yang kekinian *kata orang* rambut ala-ala bintang korea, rayuan maut ala pulau kelapa, siapa yang nggak jatuh cinta *tiba-tiba dilempar kaca*.
Prend, sejatinya rasa suka itu berbeda jauh dari rasa cinta, oke kalo cuma sekadar suka, aku gampang banget suka ama cowok, bahkan cuma karena liat cowok lagi pegang duit banyak aja aku bisa langsung suka *kena timpuk sendal*, tapi untuk mencintai seseorang itu butuh waktu, butuh proses. Cinta itu memang misterius, dia bisa tiba-tiba muncul pada orang yang tak terduga. Asal kalian tahu, cinta tidak benar-benar muncul secara tiba-tiba, ada proses panjang yang menyertai, hanya saja kadang kita tidak cukup peka untuk merasakan tanda-tanda kehadirannya. Rasa suka itu banyak dan bercabang-cabang, sedang cinta itu cuma satu, dia akan muncul saat cinta yang satunya hilang.
Kembali ke soal jomblo, prendku cantik. Temanmu ini memilih menjadi jomblo karena ingin menjaga kehormatan dan harga diri keluarganya dan kalian. Dia nggak mau kalian menjadi malu karena berteman dengan seorang wanita yang doyan gonta-ganti pacar. Pasti kalian segera protes dan bertanya, apakah aku tidak pernah mencintai seseorang. Tidak sayang, aku juga wanita biasa yang pernah jatuh cinta, hanya saja cintaku selalu saja muncul pada saat yang salah dan jatuh pada orang yang salah. Aku selalu saja jatuh cinta pada orang yang tidak jatuh cinta kepadaku. Padahal di luar sana banyak sekali cowok yang suka padaku tapi kenapa aku selalu saja jatuh cinta pada mereka yang tak cinta padaku. Ini salah satu misteri yang sampai sekarang belum juga mampu kupecahkan. Sudah kutuliskan tadi bahwa cinta itu hanya satu, dia akan muncul pada saat cinta yang satunya menghilang, hanya saja cinta tak mudah hilang begitu saja, bahkan meski bertahun-tahun berlalu. Ya, artinya aku harus menemukan cinta baru untuk bisa menghilangkan cinta yang lama, tetapi tidak mudah menemukan cinta yang baru, sulit, aku tekankan sekali lagi sulit.
Copyright 2010 Pena Biru
Theme designed by Lorelei Web Design
Blogger Templates by Blogger Template Place | supported by One-4-All
0 komentar:
Posting Komentar